Wednesday, September 19, 2007

Penutup


Alhamdulillah wa syukurillah.......selesai sudah seluruh rangkaian perjanalanan ibadah haji kami. Semoga Allah SWT berkenan menerima segala amal ibadah kami serta menjadikan ibadah haji kami sebagai haji yang mabrur, dosa yang terampuni, sa’i yang diterima dan perniagaan yang tidak merugi....amiiin..
Allahumma ja’alna hajjan mabruuro, wa dzamban maghfuro, wa saa’iyan masykuuro, wa tijaarotan lan tabuuro......

Kembali ke rumah

Pukul setengah tujuh, kami masuk ke dalam Bis Damri yang akan mengantarkan kami ke Bogor , kota Hujan tempat tinggal kami.....yang terasa sangat hijau dan indah dibanding suasana 38 hari kami kemarin. Setelah 2 jam perjalanan, kami pun tiba di Balai Kota, yakni Kantor Walikota Bogor yang bersebrangan dengan Halaman Istana Presiden. Karena memang selama ini seluruh jamaah haji kota bogor jika setelah selesai menjalani ibadah haji dan kembali ke tanah air di sambut di tempat ini, termasuk koper-koper kami yang telah dulu tiba. Wah ternyata sepanjang jalan menjelang Balaikota sudah banyak mobil dan motor yang parkir . Mereka umumnya adalah para penjemput saudaranya yang baru pulang haji. Bis pun mulai berjalan perlahan menembus para penjemput. Terlihat semua jamaah yang masih di dalam bis sibuk mencari-cari keluarganya masing-masing dari balik jendela bis. Tiba-tiba Bu Kokoy, istri pak Ridho berucap itu ..tu pak anak saya yang besar....wah pantas mirip sekali sama ibunya. Bahkan beliau teriak-teriak ade..ade ketika melihat anak bungsunya....padahal mereka tidak mendengar. Itulah suasana kerinduan para jamaah terhadap keluarganya. Kami pun coba mencari-cari mana yah...anak-anak kami. Wah ternyata anak-anak menunggu di mobil karena tidak bisa masuk ke dalam, hanya Orang tua saya yang menunggu di dalam halaman Balaikota.
Setelah selesai urusan pengambilan koper kami pun segera kembali ke rumah. Namun sebelum sampai ke rumah kami sempatkan mampir ke Masjid sekitar tempat tinggal kami untuk melakukan sholat sunah terlebih dahulu, baru kemudian menuju rumah kami, tempat tinggal kami yang sudah kami rindukan....

Tiba di Bandara Soekarno - Hatta


Setelah 9 jam perjalanan, alhamdulillah di hari jum’at sebagai sayyidul ayyam -hari terbaik dalam Islam- tepat pukul 04.38 kami mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Sujud syukur pun kami lakukan .....atas segala nikmat-Nya sehingga kami dapat kembali ke tanah air dengan selamat. Segera kami masuk bandara untuk sholat subuh dan mengurus segala sesuatunya, mulai dari koper sampai pengambilan jatah air zam-zam sebanyak 10 liter untuk setiap jamaah. Kami sempatkan telepon ke rumah ketika menunggu pengaturan bis untuk kembali ke Bogor. Rindu tak tertahan ingin segera berjumpa dengan anak-anak di rumah...yah setelah 40 hari kami tinggalkan bagaimana keadaan mereka semua....kira-kira ngenali abi-nya ndak yah....karena saya datang dengan wajah baru alias kepala gundul .....

Di Bandara King Abd Aziz



Kurang lebih Pukul 03 dini hari - saya tidak terlalu tau pasti..-, bis kami bergerak menuju Bandara. Sebelum bis bergerak terlebih dahulu kami diberikan Pasport. Buku yang semenjak kedatangan di Mekkah di pegang oleh pengelola maktab. Setelah itu bis pun meluncur perlahan meninggalkan maktab kami. Tidak terlalu lama sebenarnya perjalanan menuju bandara. Kami pun beberapa kali berhenti untuk chek point sekaligus pemberian makanan dan minuman. Selepas subuh ..(kami melaksanakan sholat subuh di dalam bis..) kita sudah sampai di Bandara. Namun sepertinya ada kesalahan teknis antara pihak bandara dan pengelola maktab kami. Karena walaupun sudah berada di halaman pintu masuk bandara, kami tidak bisa serta merta langsung masuk bandara. Ada sekitar 2 setangah jam kami harus menunggu sampai pintu bandara terbuka untuk kami. Jadilah kami rombongan pertama pagi itu yamg masuk ke bandara. Pemeriksaan pun dilakukan sebagaimana ketika kita baru mendarat di Bandara Madinah 39 hari yang lalu, cek pasport, barang bawaan dsb.
Alhamdulillah semua lancar, kemudian kami pun duduk di ruang tunggu bandara menunggu informasi kapan jadwal penerbangan pesawat yang akan membawa kami ke tanah air .
Pukul 14 .30 waktu setempat, terdengar informasi agar rombongan kami segera masuk ke pesawat. Kami pun melangkah dan duduk di pesawat sambil berdo’a... semoga selamat sampai tujuan.

Tawaf Wada



”Besok dini hari, tepatnya tanggal 19 Januari 2006 pukul 03.00 diharapkan seluruh rombongan sudah berkumpul dan berada di dalam bis masing-masing untuk menuju Bandara King Abdul Aziz” demikian informasi dari Karom kami. Mendengar itu, saya dan istri sepakat untuk melakukan tawaf wada malam ini jam 23.00, maka selepas isya kami istirahat sejenak di maktab. Pukul 22.30 kami keluar kembali untuk pergi ke masjidil haram melakukan tawaf wada. Cukup lama kami berada di sana, karena kami ingin memandang kabah dengan lebih khusyu’ dan berdoa sebanyak – banyaknya diiringi tetesan air mata kesedihan dan harapan agar kelak kami diperkanankan berkunjung dan melihatnya kembali. Kurang lebih 2 jam kami habiskan waktu disana, pukul 01.00 kami segera kembali ke maktab untuk bersiap-siap, mengemas perlengkapan agar tidak ada yang tertinggal.

Menunggu Jadwal Pulang



Masih tersisa waktu kami kurang lebih 7 hari berada di Mekkah sebelum kembali ke tanah air. Hari – hari itu kami manfaatkan untuk beribadah di masjidil haram, mencari oleh-oleh dan merapikan koper serta tas agar tertata rapi. Ada satu tempat belanja khusus kami untuk beli sajadah, lokasinya dekat dengan masjid jin. Orang Pakistan yang jual, biasanya saya tawar sebelum membeli bahkan saya sering katakan ”idza isytarii katsir, kam hadza...?” Jika saya beli banyak jadi berapa harganya..?. Kalau sudah begitu biasanya dia turunkan harganya...Alahamdulillah..
Oh iyya.....Kami sempatkan untuk berfoto di Depan Kantor Telkom-nya Saudi (maklum sebagai karyawan Telkom punya juga perhatian terhadap perusahaan yang sama yang ada di negara lain). Namun sepanjang pengamatan kami, tidak terlihat kesibukan yang amat di kantor ini. Bahkan cenderung sepi dari aktifitas layaknya sebuah kantor. 2 Hari menjelang kepulangan, koper kita sudah mulai di timbang dan di angkut terlebih dahulu untuk kemudahan pemeriksaan dan teknis pelaksanaan kepulangan jamaah. Terlihat sekali saat penimbangan, koper para jamaah cenderung semakin gemuk, padat dan menggelembung. Sehingga ada juga yang kena biaya tambahan karena kelebihan berat dari batas maksimal 35 Kg per koper.
Setelah selasai seluruh rangkaian haji.....memang yang ada adalah kerinduan untuk segera kembali ke tanah air untuk berkumpul dengan anak-anak dan keluarga tercinta, maklum jarang-jarang atau malah belum pernah kami meninggalkan anak-anak untuk waktu yang cukup lama (40 hari loh...). Maka ketika koper sudah diangkut, serasa waktu kepulangan sudah semakin dekat.

Kembali ke Mekkah

Karena memutuskan untuk mengambil Nafar Tsani, maka kami berpisah dengan rombongan yang mengambil Nafar awal. Bersama lima orang lainnya yang mengambil nafar tsani kami masih menunggu sampai besok untuk melontar yang terakhir kemudian kembali ke Mekkah.
Esoknya selesai melontar kami men-carter- mobil angkutan untuk kembali ke Mekkah, 35 real dari mina sampai ke Hujjun nama daerah tempat maktab kami berada.

Sunday, September 16, 2007

Tragedi di Mina


Selama di Mina kegiatan utamanya adalah melontar di jamarat Ula (Sughro), Wustho dan Aqobah (Kubro). Jarak tenda jamaah haji Indonesia termasuk yang cukup jauh dari melontar, kuang lebih 3 - 4 KM. Untuk itulah terkadang para calon jamaah haji sebelum berangkat haji dianjurkan untuk perbanyak olah raga berjalan kaki agar kelak terbiasa. Jadwal melontar sudah diatur sedemikian rupa oleh penyelenggara/pemerintah Saudi. Namun sesungguhnya waktu yang utama adalah ba’da dzuhur. Kami coba berangkat di hari pertama atau tanggal 11 Dzulhijah menjelang dzuhur dari tenda agar bisa mendapatkan waktu melontar yang utama. Dan alhamdulillah berjalan dengan lancar....
Namun ketika di hari kedua atau tanggal 12 Dzulhijah, suasana berbeda yang kami dapatkan. Suasana sangat padat luar biasa.........rupanya kebanyakan jamaah memilih waktu utama dan bagi yang mengambil nafar awal langsung berangkat menuju mekkah setelah melontar. Sehingga mereka pergi sekaligus membawa perlengkapan masing-masing , ada yang pakai trolly, ada yang bawa koper , kantong kresek dan lain sebagainya yang menyebabkan lalu lintas perjalanan saaangat - saaangaaaat terhambat....
Sebelum melontar kami sholat terlebih dahulu di antara kendaraan ambulan yang standby jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Baru kemudian kami melontar ditengah hiruk pikuk dan keramaian yang amat sangat baik di lokasi lantai bawah maupun lantai atas. ...Suasana yang teramat padat menyebabkan sulitnya kita melontar , bahkan saat itu sandal saya pun sampai terlepas karena harus berdesak-desakan.....Selesai kami segera keluar dari area melontar untuk beristirahat sejenak.....Subhanallah...wal alhamdulillah......Sore hari itu setelah kembali ke tenda kami mendapat kabar bahwa tadi saat kami melontar telah terjadi musibah..... banyaknya korban yang meninggal saat melontar karena terinjak2....

Di Posko PKS

Selama jamaah melakukan rangkaian ibadah haji (khususnya ketika di Mina), seringkali di temukan jamaah haji Indonesia yang nyasar. Umumnya setelah melontar jumroh mereka sulit menemukan tenda tempat tinggal rombongannya. Itu sebab nya Saudara-saudara kita dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) perwakilan Arab Saudi mendirikan Posko untuk membantu mengatasi hal-hal seperti itu. Sempat juga saya singgah dan ngobrol dengan mereka. Subhanallah ...ternyata umumnya mereka adalah bukan penduduk kota mekkah, tapi berdomisili di pinggiran kota mekkah, bahkan ada yang dari Riyadh. Diantara mereka ada yang berstatus mahasiswa tapi tidak sedikit yang berprofesi sebagai pekerja. Mereka ketika waktu haji ini biasanya pada cuti. Letak Posko mereka ada di sekitar mulut terowogan Mina.

Jumrah Aqobah dan Tawaf Ifadhoh

Selepas subuh kami segera bersiap menuju Jamarat untuk melakukan serangkaian rukun haji lainnya yakni Jumrah Aqobah, tahalul awal, tawaf ifadhoh serta tahalul tsani sehingga selesai lah seluruh rangkaian rukun haji . Sengaja kami berangkat segera untuk bisa melakukan lempar aqobah disaat masuk dhuha, sebab saat itu adalah waktu utama untuk lempar jumrah aqobah. Setelah itu segera mungkin menuju mekkah untuk melakukan thawaf. Harapan kami sebelum magrib kita sudah kembali ke Mina. Karena jika Kelewat magrib berarti kena kewajiban membayar DAM..
Alhamdulillah untuk melempar jumrah aqobah tidak ada hambatan bagi kami. Segera saya melakukan tahalul awal dengan menggunting rambut habis (gundul...) sebetulnya sejak saat itu saya sudah bisa menggunakan pakaian biasa atau melepas pakaian ihram saya, karena 2 dari 3 rangkaian untuk bisa melepas dari pakaian ihram telah saya lakukan, yakni lempar jumrah aqobah dan mencukur sementara satu lagi adalah tawaf ifadhoh. Di sekitar jumroh aqobah sangat banyak jamaah haji yang mencukur rambut... karena memang ada tempat yang disediakan. Tapi harus memesan terlebih dahulu baru kemudian akan diberikan tiket ...soalnya banyak dan antri. Saking banyaknya, banyak juga yang menggunting rambut antar sesama jamaah dengan peralatan seadanya sehingga sampai ada yang berdarah-darah....ih ih serem juga melihatnya.....
Selesai menggunting rambut kami segera berjalan menuju mekkah untuk melakukan tawaf ifadhoh. Mengingat kita harus segera kembali sebelum magrib, kami berfikir bagaimana untuk bisa segera mencapai mekkah –masjidil haram-. Setelah berjalan agak lama kami sudah keluar daerah mina, nah disini mulai banyak kendaraan yang beroperasi. Sebab saat rangkaian inti haji (mina – arofah) tidak diperbolehkan mobil umum masuk wilayah ini. Kemudian kami pun berinsiatif untuk menggunakan kendaraan, tawar menawar pun terjadi dan...setelah sepakat kami pun naik kendaraan tersebut. Tidak lama kami berkendaraan kami pun semakin mendekat ke Masjidil Harami, namun ternyata saat itupun kendaraan tidak bisa berhenti tepat di depan masjidil haram seperti biasanya. Jadilah kita tetap harus jalan lagi sekitar 500-an meter untuk sampai masjidil haram. Saat itu sudah banyak juga yang selesai melakukan tawaf. Segera kami menuju toilet terlebih dahulu untuk bersih-bersih dan berwudhu....Setelah beres kami pun menuju pintu Babus Salam untuk memasuki Masjidil Haram, ketika baru masuk ...Subhanallah......, begitu banyak jamaah yang sedang tawaf dan....begitu berdesakan suasana di jalur Sa’i.....maklum bagi mereka yang memahami keutamaan mengerti betul bahwa dahulu beginilah Rasul melaksanakan ibadah haji. Hadza sunnatun nabi...hadza sunnatun nabi (ini sunah nabi..ini sunah nabi), demikian ungkapan mereka. Dengan tawakal penuh kepada Allah kami mulai tawaf...dan dilanjutkan dengan Sa’i.
Suasana tempat Sa’i lantai utama (baca Lantai dasar) yang sangat padat menyebabkan kami hanya bisa menyelesaikan satu putaran saja. Berikutnya kami selesaikan Sa’i di lantai dua..... Alhamdulillah selesai rangkaian sa’i sekaligus tahalul tsani, berarti selesai sudah rangkaian inti haji kami. Dan harus segera kembali Mina sebelum waktu magrib tiba untuk melakukan rangkaian wajib haji 2-3 hari di Mina.
Untuk mempercepat sampai kembali ke Mina, kami pun memutuskan untuk kembali menggunakan angkutan umum. Sepanjang perjalanan saya ngobrol dengan supir dan keneknya. Min aina anta ya said ... , saya mencoba bertanya untuk membuka dialog kami. Ana min Habasyah, jawabnya. Subhanallah ternyata beliau dari tempat yang juga sangat bersejarah, yakni tempat tujuan Rasulullah hijrah pertama kali, yang kala itu bukan di sambut namun disambit oleh masyarakatnya. Seterusnya kami pun bicara ke sana kemari tentang apa saja. Padahal sejujurnya bagi kami perbincangan itu kami lakukan agar tidak ada hal-hal negatif yang terjadi. Maklum, umumnya saat-saat haji banyak orang-orang pendatang yang bekerja sebagai supir dadakan. Terlebih lagi saat itu penumpang tinggal kami berdua. Namun Alhamdulillah sekitar waktu ashar kami sudah tiba kembali di Mina.

Mabit di Muzdalifah




Setelah terbenam matahari, kami pun bersiap untuk bergerak menuju Muzdalifah. Saat itu magrib sudah tiba namun pemberangkatan menggunakan bis dengan sistem antar jemput –Taradudi- menyebabkan kita tidak bisa menebak kapan meninggalkan arofah, yang ada adalah menunggu giliran untuk diangkut. Namun demikian kami tetap menunggu.
Pukul 20-an kami baru terangkut, padahal waktu tempuhnya dari Arofah ke Muzdalifah paling hanya 15 menit......nunggunya yg luar biasa lama. Dalam kondisi ini tetap saja kita harus sabar dan tidak terjebak perdebatan karena kita masih pakai Ihram.
Setiba di Muzdalifah kami segera sholat Magrib dan Isya jamak takhir. Sengaja kami tidak sholat ketika di Arofah walaupun banyak diantara rombongan kami yang melakukannya. Sebab sepengetahuan kami, Rasulullah melakukannya ketika di Muzdalifah. Setelah itu sibuklah kami mencari batu untuk Jumrah Aqobah.
Oh iya Di sini ujian kesabaran sangat perlu kita perhatikan. Bagaimana tidak, di sini para jamaah untuk diangkut dengan bis menuju Mina harus menunggu dengan sabar kapan akan di angkut sementara udara sangat dingin (karena untuk musim haji November sampai Februari konon dalam kondisi musim dingin di sana). Jamaah sudah mulai diangkut sejak pukul 01.00 dini hari dan yang terakhir menjelang waktu subuh.

Bergabung dengan Rombongan




Di Arofah kami berjalan menuju kemah wukuf jamaah haji Indonesia. Rencana kami mo bergabung untuk wukuf bersama di tenda rombongan. Namun ternyata lokasi tenda jamaah Indonesia cukup jauh dari Namirah sehingga Kami sempatkan untuk Sholat terlebih dahulu ketika sudah masuk waktunya berjamaah dengan jamaah haji yang juga sedang melakukan sholat. Setelah agak lama berjalan baru kami bisa bergabung dengan rombongan. Waktu yang ada kami gunakan sebaik-baik mungkin untuk bermunajat ...bermunajat...dan bermunajat untuk diri, anak, orang tua, keluarga dan kerabat serta handaitaulan.....diselingi dengan bacaan quran....karena disinilah puncak nya haji ...Alhajjul Arofah... Tapi nampaknya rekan2 satu rombongan sudah mulai kelelahan sehingga banyak yang sudah beristirahat, padahal masih pukul 2-an siang waktu sana. Sementara waktu wukuf sampai jam 6 ketika matahari terbenam...
Nah Saat itu juga kami pergunakan waktu untuk mendoakan rekan dan saudara-saudara yang titip do’a, kami buka lembaran buku catatan titipan do’a mereka (sengaja kami mencatat titipan2 do’a tsb dalam buku khusus, biar tidak lupa) ....karena waktunya panjang bahkan kita bisa berulang kali mendoakan sesuai keinginan mereka.

Singgah di Namirah


Kurang lebih 2 jam perjalanan sejak dari Mina... Alhamdulillah sudah tampak dalam pandangan kami Masjid Namiroh, walaupun masih agak jauh, namun sedikit menambah semangat kita berjalan karena jika sampai Masjid Namiroh berarti sampai pula kami di Arafoh. Sebab..., sebagian bangunan Masjid Namirah masuk dalam wilayah arofah.
Ketika akhirnya kami sampai di Masjid Namirah, kami istirahat di pelataran depan masjid bersama dengan jamaah lainnya. Sempat juga kami beli nasi yaman buat sarapan sambil rehat. Sedianya kami ingin menunggu sampai waktu dzuhur di sini, namun melihat kondisi yg begitu padat sampai di dalam masjid lantai satupun sudah tidak ada tempat lagi. Dan diluar suasana semakin tidak terkendali, lautan manusia hilir mudik dan berpapasan hingga sulit bagi kami untuk berjalan. Akhirnya kurang lebih pukul 11 kami putuskan untuk segera masuk ke Arofah agar tidak terjebak dengan kerumunan jamaah yang semakin mendekati dzuhur semakin padat. Hal ini ditambah dengan keadaan dimana jamaah yang sudah berada di Arofah pun hendak ke Namirah sementara di dalam kondisi sudah sangat sulit untuk berajalan.

Friday, February 23, 2007

Mina - Muzdalifah - Arafah

Selepas sholat subuh, dzikir dan tilawah quran kami segera berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Arafah, ya ...tepatnya tanggal 9 Dzulhijah. Begitupun dengan jamaah haji yang lain, semua sibuk berkemas untuk persiapan melanjutkan perjalanan. Kembali ransel kami gendong dan dengan Bismillah.....kami melanjutkan perjalanan diiringi dengan lantunan talbiyah yang senantiasa kita lafazkan...rg.Labbaik Allahumma labbaik....
Subhanallah.......semangat disertai suasana haru mengiringi langkah kami menuju Arafah melalui Muzdalifah. Tetesan air mata tak tertahan dengan lisan terus mengumandangkan talbiyah......terbayang dalam renungan saya, mungkin beginilah kelak ketika Allah SWT mengumpulkan manusia....semua jamaah bergegas dengan pakaian serba putih sambil meneriakan lafaz talbiyah. Dan seolah semua ingin menjadi yang pertama memenuhi panggilan Allah dan berhadapan dengan-Nya....


Arafah - Arafah........

Arafah...Arafah.....tiba-tiba terdengar teriakan yang membangunkan istirahat tidur kami yang baru sesaat, teriakan dari kenek angkutan yang menawarkan jasa mengantar jamaah haji yang mabit di Mina jika ingin melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan . Wah.. Padahal waktu masih pukul 03.00 waktu sana. Masih terlalu pagi jika harus bangun apalagi berangkat ke Arafah, karena keutamaannya (baca sunnah) adalah ketika matahari mulai menaik yakni ba’da subuh atau sekitar baru masuk waktu dluha. Akhirnya ..karena sudah terbangun maka matapun sulit untuk dipejamkan lagi...

Menikmati Gerimis Tengah Malam


Ketika malam semakin larut dan saat mata baru saja terpejam, tiba – tiba kami merasakan ada titik – titik air dari atas......bi gerimis ..kata istriku .... Alhamdulillah sempat kami merasakan gerimis di negara yg konon hujan itu bisa di hitung dengan jari dalam satu tahunnya. Walau pada saat yang bersamaan kita pun sempat khawatir akan berteduh di mana..soalnya kami tidak memakai tenda. Sempat saya berbenah dan menitipkan ransel serta bawaan lainnya di Pos Penjagaan Petugas yang memang berada dibelakang tempat kami menggelar tikar. Namun keadaan tersebut tidak terlalu lama ...kurang lebih 5 menit kemudian gerimis pun berhenti, maka saya keluarkan lagi ransel dan bawaan dari tenda Pos Penjagaan. Tetapi...eh ..tidak lama gerimis lagi...ketika itu kita sudah agak pasrah ....ya sudah kalau memang harus basah-basahan kita akan terima. Namun Alhamdulillah seperti yg pertama, 5 menit kemudian gerimis pun berhenti dan terus sampai pagi tidak turun hujan.

Mina di Saat Senja


Suasana di Mina saat senja terlihat indah, hiruk pikuk, lalu lalang para jamaah haji terlihat sangat ramai. Ada yang mencari makan, ke hammam (toilet) dan sebagainya. Kalau sudah begini.... perasaan asing dan minder alhamdulillah tidak kami rasakan. Saya mencoba tegur sapa dan berkomunikasi dengan mereka disela-sela dzikir dan tilawah. Sungguh benar – benar terasa ...Innamal mu’minuna ikhwah...kami saling berbagi perbekalan yang kami miliki, bahkan untuk memberi itu mereka sengaja membelikannya....subhanallah.

Berawal dari Masjidil Haram




Saya dan istri sepakat akan memulai di hari Tarwiyah perjalanan inti haji dari Masjidil Haram, maka menjelang subuh kami sudah berangkat dari maktab menuju Masjidil Haram. Alhamdulillah sesuai rencana Selepas Dluha maka kami pun berniat untuk haji, Labbaika Allahumma Hajjan....Labbaik Allahumma Labbaik....Labbaik kalaa Syariika laka labbaik..................innal hamda wanni’mata lakal walmuka laa syarii ka laka.
Subhanallah, berduyun-duyun para jamaah yang berjalan kaki menuju Mina di hari tarwiyah ini, sehingga kami merasa suasana begitu berbeda, yakni mucul semangat yang lebih besar.